this is Indonesia,man!!

Suatu hari saya berada di pelabuhan internasional. Setibanya di negri sebrang, birokrasi imigrasi pun dilakukan. Saat itu sedang tidak banyak arus penumpang. Otomatis saya pun tidak perlu mengantri. Jadi saya langsung saja berjalan ke loket imigrasi dengan tetap mengikuti jalur antrian yang sudah di-set. Tiba-tiba,
"Yah, orang kosong juga, masa harus jalan muter-muter juga sih. Kalo bukan di negara orang udah aku tebas ni track antrian", kata seorang ibu-ibu asli Indonesia.
Kemudian saat saya kembali ke tanah air, birokrasi imigrasi kembali dilakukan. Entah kebetulan atau apa, saya bertemu dengan ibu-ibu itu. Tetapi kali ini kondisinya tidak sesepi tadi. Kemudian di track antrian,
"Bentar ya,aku mau pipis dulu. Udah di Indonesia ni, jadi tebas aja dulu antriannya ngga pa-pa".
hahahaha....
Indonesia man! You can do all the things you wanna do. The good things or even the bad things. Or maybe you can mix it together.
hahahaha....

suatu hari di negri siapa..?

Hari ini saya baru saja pulang dari suatu tempat bernama BINTAN, suatu pulau yang berada sejauh setengah jam dari pulau Batam. Pulau ini masih termasuk kedalam wilayah Indonesia. Pasirnya putih, bersih, cantik, dan semua fasilitas terbaik yang pernah ada, all in here. Dan sebuah pulau yang -katanya- mempunyai predikat golf court terbaik se-Asia.

Tapi ada yang aneh dipulau ini. Saya ceritakan dari pertama kali saya menginjakan Bintan. Ada dermaga sederhana yang menyambut kedatangan tamu-tamu lokal(yang datangnya dari arah Batam). Setelah jalan sejauh 23 langkah, ada sambutan meriah, yaitu poster besar bertuliskan "The Real BANDUNG Factory Outlet". Hahahaha.. Pertama saya liat itu, yang ada dipikiran saya,
"Yaelah, jauh-jauh kesini masa ketemu FO."
Tapi kemudian,
"oohh, bolehlah, itung-itung mengenalkan daerah-daerah dan ciri khas kota yang ada di Indonesia. Lumayan buat men-support 'Visit Indonesia 2008'."

Setelah jalan lagi -kali ini lebih dari 23 langkah-, ternyata ada dermaga lain disana. Sebetulnya ngga bisa dibilang dermaga sederhana, tapi lebih tepatnya pelabuhan internasional. Yup, karena pelabuhan ini merupakan jalur utama masuknya tamu-tamu asing(yang datangnya dari arah Singapura). Semua memenuhi standar sebagaimana layaknya pelabuhan internasional. Awalnya saya berpikiran,
"
kenapa harus dipisah sih? Dibedain pulak fasilitasnya."
Tapi kemudian,
"
okelah, mungkin anggapannya kita itu 'kan tuan rumah, mengunjungi rumah sendiri ya ngga perlu seformil itu".

Oke. Sekarang kita tiba di lobby hotel. Semua tamu -lokal dan asing- disambut dengan tarian tradisional Indonesia. Wow,, keren.. Sekelibat saya bangga.. Kemudian sampai di meja informasi. Saya liat brosur fasilitas yang terdapat disini. Saya kaget.
"
Set dah, kenapa rate-nya semuanya pake dolar Singapur?(Termasuk FO tadi). Gw lagi dimana sih, aneh banget..".
Yup, lagi-lagi saya heran.
"
Ini kan masih Indonesia, kenapa ngga pake rupiah aja sih".
Dan sejak itu, saya ngga punya pikiran positif untuk menyangkalnya.

Memang, suasana disini dihiasi dengan orang-orang asing. Bahkan bisa dibilang, mungkin cuma ada 2 atau 3 keluarga yang asli pribumi. Saking jarangnya, para karyawannya melihat kita, orang pribumi, seperti melihat turis asing. Yah, layaknya kita ngeliat bule dipinggir jalan aja, ngga biasa. Sampai saatnya breakfast -langsung aja yah-. Sistemnya all you can it. Wah, mulai dari sini saya mendadak kesal. Pelayanan yang diberikan beda banget sama expat-expat itu. Semua makanan orang-orang bule yang sudah selesai disikat, dengan sigap pelayannya langsung mengambilnya, jadi meja tetap terlihat rapi biarpun mengambil makanan berulang-ulang. Tapi beda dengan meja-meja pribumi. Piring-piring yang sudah bersih dibiarkan menumpuk. Dan ternyata, meja seberang saya juga mengalami hal yang sama, dan mereka juga pribumi. Sebagai informasi, semua karyawan yang ada disini adalah pribumi. Dan saya pun berpikir,
"Parah banget sih, apa bedanya gw sama mereka? Sama-sama bayar man. Bahkan sekarang, sampai peayanannya pun dibedain. Parraahh."



Gimana bangsa ini mau dihargai oleh bangsa lain. Bahkan orang-orang pribumi pun ngga menghargai bangsanya sendiri. Apa mereka ngga bangga sama bangsanya? Apa mereka selalu melihat bahwa bangsa lain selalu lebih tinggi martabatnya? Kalaupun iya, harusnya ngga gitu dong caranya. Bukan dengan menyembah-nyembah bangsa asing dan merendahkan bangsa sendiri.
Bahkan, pemerintah yang sangat berwenang pada daerah itu pun ngga bisa menghargai bangsanya. Harusnya mereka kan yang membuat kebijakan-kebijakan yang ada. Harusnya mereka juga bisa menetapkan mata uang yang berlaku disini. Ini masih Indonesia, Pak!
Saya jadi berpikir kemana-mana. Harusnya cinta tanah air tuh bukan cuma dimasukin ke teori PPKn aja. Cuma 1 atau 2 bab lagi. Ya ngga cukup. Dari kecil harusnya udah ditanamkan cinta tanah air. Apalagi sekarang banyak orang-orang bukan pribumi asli sekolah di Indonesia. Jadi bagus kan, mereka bisa ikut-ikutan cinta tanah air.

Indonesia..Indonesia.. ckckckc...

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda