suatu hari di negri siapa..?

Hari ini saya baru saja pulang dari suatu tempat bernama BINTAN, suatu pulau yang berada sejauh setengah jam dari pulau Batam. Pulau ini masih termasuk kedalam wilayah Indonesia. Pasirnya putih, bersih, cantik, dan semua fasilitas terbaik yang pernah ada, all in here. Dan sebuah pulau yang -katanya- mempunyai predikat golf court terbaik se-Asia.

Tapi ada yang aneh dipulau ini. Saya ceritakan dari pertama kali saya menginjakan Bintan. Ada dermaga sederhana yang menyambut kedatangan tamu-tamu lokal(yang datangnya dari arah Batam). Setelah jalan sejauh 23 langkah, ada sambutan meriah, yaitu poster besar bertuliskan "The Real BANDUNG Factory Outlet". Hahahaha.. Pertama saya liat itu, yang ada dipikiran saya,
"Yaelah, jauh-jauh kesini masa ketemu FO."
Tapi kemudian,
"oohh, bolehlah, itung-itung mengenalkan daerah-daerah dan ciri khas kota yang ada di Indonesia. Lumayan buat men-support 'Visit Indonesia 2008'."

Setelah jalan lagi -kali ini lebih dari 23 langkah-, ternyata ada dermaga lain disana. Sebetulnya ngga bisa dibilang dermaga sederhana, tapi lebih tepatnya pelabuhan internasional. Yup, karena pelabuhan ini merupakan jalur utama masuknya tamu-tamu asing(yang datangnya dari arah Singapura). Semua memenuhi standar sebagaimana layaknya pelabuhan internasional. Awalnya saya berpikiran,
"
kenapa harus dipisah sih? Dibedain pulak fasilitasnya."
Tapi kemudian,
"
okelah, mungkin anggapannya kita itu 'kan tuan rumah, mengunjungi rumah sendiri ya ngga perlu seformil itu".

Oke. Sekarang kita tiba di lobby hotel. Semua tamu -lokal dan asing- disambut dengan tarian tradisional Indonesia. Wow,, keren.. Sekelibat saya bangga.. Kemudian sampai di meja informasi. Saya liat brosur fasilitas yang terdapat disini. Saya kaget.
"
Set dah, kenapa rate-nya semuanya pake dolar Singapur?(Termasuk FO tadi). Gw lagi dimana sih, aneh banget..".
Yup, lagi-lagi saya heran.
"
Ini kan masih Indonesia, kenapa ngga pake rupiah aja sih".
Dan sejak itu, saya ngga punya pikiran positif untuk menyangkalnya.

Memang, suasana disini dihiasi dengan orang-orang asing. Bahkan bisa dibilang, mungkin cuma ada 2 atau 3 keluarga yang asli pribumi. Saking jarangnya, para karyawannya melihat kita, orang pribumi, seperti melihat turis asing. Yah, layaknya kita ngeliat bule dipinggir jalan aja, ngga biasa. Sampai saatnya breakfast -langsung aja yah-. Sistemnya all you can it. Wah, mulai dari sini saya mendadak kesal. Pelayanan yang diberikan beda banget sama expat-expat itu. Semua makanan orang-orang bule yang sudah selesai disikat, dengan sigap pelayannya langsung mengambilnya, jadi meja tetap terlihat rapi biarpun mengambil makanan berulang-ulang. Tapi beda dengan meja-meja pribumi. Piring-piring yang sudah bersih dibiarkan menumpuk. Dan ternyata, meja seberang saya juga mengalami hal yang sama, dan mereka juga pribumi. Sebagai informasi, semua karyawan yang ada disini adalah pribumi. Dan saya pun berpikir,
"Parah banget sih, apa bedanya gw sama mereka? Sama-sama bayar man. Bahkan sekarang, sampai peayanannya pun dibedain. Parraahh."



Gimana bangsa ini mau dihargai oleh bangsa lain. Bahkan orang-orang pribumi pun ngga menghargai bangsanya sendiri. Apa mereka ngga bangga sama bangsanya? Apa mereka selalu melihat bahwa bangsa lain selalu lebih tinggi martabatnya? Kalaupun iya, harusnya ngga gitu dong caranya. Bukan dengan menyembah-nyembah bangsa asing dan merendahkan bangsa sendiri.
Bahkan, pemerintah yang sangat berwenang pada daerah itu pun ngga bisa menghargai bangsanya. Harusnya mereka kan yang membuat kebijakan-kebijakan yang ada. Harusnya mereka juga bisa menetapkan mata uang yang berlaku disini. Ini masih Indonesia, Pak!
Saya jadi berpikir kemana-mana. Harusnya cinta tanah air tuh bukan cuma dimasukin ke teori PPKn aja. Cuma 1 atau 2 bab lagi. Ya ngga cukup. Dari kecil harusnya udah ditanamkan cinta tanah air. Apalagi sekarang banyak orang-orang bukan pribumi asli sekolah di Indonesia. Jadi bagus kan, mereka bisa ikut-ikutan cinta tanah air.

Indonesia..Indonesia.. ckckckc...

2 komentar:

yaaa.. kalo pake dolar kan lebih enak 'nga, begitu di rupiahin harganya bisa melambung naik..

uh.. sakit hati ini..
hehe...:p

1 April 2008 pukul 15.39  

gyahahahahha.. masa sih lo dikira pribumi? bukannnya tionghoa? hahaha.

16 April 2008 pukul 19.53  

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda